Saturday, July 11, 2015

Ini tulisan saya yang di cetak di Diva Press.

Salah satu pemenang untuk buku antologi traveling. Boleh ga ya di publish disini? Tapi tetep beli bukunya ya, buat baca tulisan teman-teman yang lain..

Judul Buku   : Traveling Note Competition
Penerbit       : Diva Press
Tahun Terbit  : 2013



ISTANBUL, TURKI

Turki adalah negara impian saya yang berada di no. 1 dalam daftar “Negara yang harus dikunjungi” saya. Turki sangat kaya dengan budaya, sejarah, keindahan alam, dan keragaman makanan. Selain itu, Turki adalah negara yang unik, karena termasuk dalam 2 benua, yaitu Eropa dan Asia, Turki terletak di Timur Tengah. Begitu cantiknya Turki dengan kota tuanya, gunung-gunung tinggi, danau dan pantainya yang indah, telah memukau begitu banyak turis dari seluruh dunia. Dan yang lebih menarik bagi saya adalah, hampir 99% warga Turki adalah pemeluk Islam. Orang-orang Turki pun terkenal dengan kecantikan dan ketampanannya. Bagi saya, Turki itu romantis, entah mengapa, padahal saya belum pernah kesana, dan tidak terlalu sering melihat liputan atau mencari informasi tentang Turki, itulah yang membuat saya ingin memberikan hadiah ulang tahun pernikahan ketiga kepada suami tercinta. 

Saya mencari tiket Jeddah-Istanbul yang murah, dan yang termurah adalah dari flynas, harga untuk 2 dewasa dan 1 bayi adalah  sekitar Rp. 5.000.000. Kami seharusnya berangkat tanggal 21 Februari 2011, karena itu adalah hari anniversary kami, tapi dikarenakan baru mendapat libur musim semi tanggal 1-8 April 2011, maka keberangkatan ditunda sampai tanggal 1 April 2011.   Karena saya tinggal di Saudi Arabia, penerbangan ke Turkey hanya memakan waktu 4jam. Sebelum berangkat kami mengajukan visa ke Turkey Embassy di Jeddah, biaya pembuatan visa  Rp. 600.000/orang. Ditambah visa keluar masuk Saudi Arabia sebesar Rp. 500.000/orang. Tapi sekarang, untuk WNI, sudah ada VOA (Visa on Arrival) dan hanya membyar sebesar kurang lebih Rp. 250.000 di bandara. 
Setelah tiket, visa Turki, dan visa Saudi telah ditangan, saya mulai mencari setiap detail tentang Istanbul. Mulai dari transport, cuaca, mata uang, hotel, dan tempat yang akan dikunjungi. Bahkan saya mempelajari sedikit kata-kata dan kalimat dalam bahasa Turki yang mungkin bisa digunakan disana, karena orang-orang Turki tidak begitu pandai berbahasa Inggris. 

Itinerary: 

Hari ke-1, 1 April 2011, Jumat.
    
Kami harus menempuh perjalanan selama 3 jam ke Jeddah airport. Pemandangan dari atas sebelum mendarat sungguh cantik. Sampai di Sabiha Gokgen Istanbul (bandara di bagian Asia) pukul 9.30 pagi. Kemudian menukarkan uang, hanya sedikit, untuk  ongkos transport, lebih baik menukarkan uang di kota Istanbul, dengan rate yang lebih baik tentu saja, 1 Lira (TRY) baru adalah Rp.5.300, 2 saudi riyal, 0.4 Euro, dan $ 0.5. Cukup mahal disini. Uang lira baru adalah mata uang Turki yang telah dibuang 3 angka 000, sehingga lebih pendek dan mudah dihitung, mungkin Indonesia juga perlu melakukan seperti itu, sehingga uang seribu menjadi 1 rupiah. 

Setelah selesai dengan urusan imigrasi, kami siap-siap keluar bandara dengan menggunakan pakaian yang lebih tebal. Benar saja, ketika pintu geser terbuka, hawa dingin langsung menusuk, tapi sejuk sekali saya sangat menyukainya. Tidak tau berapa derajat saat itu, yang saya tau kami segera mencari angkutan umum menuju Istanbul. Begitu banyak pilihan, muai dari taksi, mini bus, dan bus-bus besar, termasuk bus berbentuk trem juga ada. Sesuai dengan kertas yang saya print tentang perjalanan di Turki  yang saya rancang sendiri dengan informasi dari website-webiste travel, kami harus naik bus E10 yang ongkosnya adalah 3.5 lira/orang. Bus ini menuju Kadikoy, yaitu ferry port. Sangat ramai sekali, berdesak-desakan, tapi tidak bau seperti bus-bus yang pernah saya naiki di Indonesia, bersih dan wangi. Sepanjang jalan saya mengagumi keindahan setiap sudutnya, rapi, bersih dan elegan, ini adalah bagian Asia, dan saya tidak sabar melihat bagian Eropa Turki. Setelah sekitar 45 menit, kami sampai di Kadikoy, turun dari bus perhentian terakhir dan melanjutkan dengan Ferry ke Eminonu, jaraknya cukup dekat dengan terminal bus, tidak susah menemukannya. Suami saya yang warga negara Mesir, bahagia sekali menemukan roti yang biasa dijual di Mesir, roti Simit (1 lira 2 roti). Cukup enak, walaupun dingin, saya tentu saja lebih suka kalau hangat. Faris, anak saya (2 tahun) ternyata menyukainya. 

Tiket Ferry ke Eminonu 1.5 lira/orang. Mencari tempat duduk yang kosong, ternyata susah juga, sudah mulai penuh. Banyak turis, tapi mayoritas lokal. Teh dan kopi Turki ditawarkan secara berkeliling oleh awak-awak kapal Ferry, dengan membawa nampan kayu besar, beberapa gelas kecil khas Turki di dalamnya, mereka berteriak “shai, shai, shai...”  yang artinya adalah teh. Ferry mulai berjalan, saya memesan 1 the hangat, rasanya hampir sama dengan the sosro, agak lebih kental saja. Melihat laut dan pemandangan indah di luar, membuatku ingin membidik beberapa foto di dek, saya minta ijin suami untuk keluar, dan bersama para turis lainnya, berlomba-lomba mengabadikan kecantikan Istanbul dari Ferry, Mesjid Biru telah terlihat, begitu juga dengan Hagia Sophia, dihiasi langit mendung, dan burung-burung camar, Subhanallah. 

Hari pertama dan kedua, kami tinggal di sebuah hotel yang berada tepat di jantung kota tua Istanbul, dari hotel resto kami dapat langsung melihat Blue Mosque, begitu juga dari dalam kamar. Nama hotel itu adalah Star holiday Hotel, permalam sekitar Rp. 800.000, ini termasuk hotel bintang 3. Kami menyesal tidak tinggal disana sampai hari terakhir atau setidaknya 5 malam, karena benar-benar lokasinya strategis, bahkan station strem berada dekat hotel. 

Ini adalah pemandangan dari jendela restaurant hotel. Kamar di lantai 3, tanpa lift. Lumayan membuat badan hangat. Setelah meletakkan tas troli, kami, suami turun untuk solat jumat. Saya dan Faris istirahat. Setelah solat, kami semua berjalan keliling daerah sultanahmet, makan di sebuah kedai kebab, memesan spring roll, kopi Turki yang sangat pahit dan kental (¾ cangkir adalah serbuk kopi), dan sandwich kofta. Kemudian ke Hagia Sophia, Mesjid biru (blue mosque), hippodrome dan Gulhane Park. Gedung-gedung tua sepanjang jalan ciri khas Eropa, trem yang lalu lalang di sebelah kiri jalan, wajah-wajah asing, pakaian dingin tebal, bunga tulip berwarna warni penghias tengah jalan dan taman, air mancur yang berada di antara blue mosque, dan hagia sophia, penjual roti simit, kacang bakar, jagung bakar, toko-toko souvenir, restaurant kofte, dan hawa dingin yang menyelimuti, YUP SAYA SEKARANG DI TURKI!! Alhamdulillah. 

Hari ke-2, 2 April 2011, Sabtu

April seharusnya musim semi, dimana tulips dan bunga-bunga bermekaran, burung-burung berkicau, cuaca yang hangat. Tapi Istanbul memutuskan musim semi kali ini agak lambat, kami masih mengalami dingin dan hujan. Hari ke-2 disambut dengan guyuran hujan yang sangat dingin. Kami ke covered baazar, mahmut pasa dan masjid beyazit yang berada di depan Istanbul University. Covered bazar adalah tempat dijualnya semua sovenir Turki. Hampir seharian kami terjebak di Mesjid Beyazit karena hujan deras. Dan ketika pulang dari sana, suami kesulitan membeli token trem, karena mesinnya rusak. Kemudian kami makan malam di Tarihi Sultanahmet Koftecisi. Hari yang sangat melelahkan, sangat dingin dantak banyak tempat dikunjungi. Berharap besok lebih baik. 

Hari ke-3, 3 April 2011, Minggu. 

Hari ini tidak hujan. Kami berkeliling lagi Sultanahmet seperti tidak pernah puas, mengitari melalui jalan cold fountain, ini adalah dibelakang Hagia Sophia, dan jalan ini sungguh romatis, tulip disetiap sudut, di kiri jalan rumah tua berwarna-warni dan di sebelah kanan adalah Hagia Sophia. Kami memutuskan tidak mengunjungi istana bawah tanah Basilica. 
Kembali ke kamar untuk check-out, pindah ke hotel kedua, hotel Hippodrome, kemudian bertemu dengan seorang WNI yang menikah dengan seorang Turkish, dan saya minta ditunjukkan tempat yang bagus untuk membeli baju coat khas Turki, namanya pardesu. Ternyata tempat yang bagus dan murah adalah di Mahmutpasa, kami pernah kesana, tapi hujan dan tidak bisa konsentrasi. Sebelum ke Mahmutpasa, kami solat Zuhur di Mesjid biru, didalamnya tidak terlalu biru, sama seperti mesjid lain di Turki, yang khas dengan grand chandeliernya, yang menggantung dari atas langit-langit. Setelah sampai di Mahmutpasa, ternyata hari ini semua toko tutup, karena hari Minggu. Kami harus berjalan lebih jauh lagi, dan ternyata banyak toko yang buka. Bingung memilih dari begitu banyaknya model coat Turki yang sangat cantik, akhirnya memilih satu dengan model panjang, berwarna hitam, supaya dapat dipakai di Saudi, dengan aksen 2 kantong dikiri kanan pinggul, kancing besar, kerah leher yang lebar dan berlipit, harganya adalah 150 Lira, ditawar menjadi 100 lira, yaitu sama dengan 200 riyal atau Rp. 500.000, yakinlah itu yang paling murah. Setelah itu kami jalan menelusuri jalan yang sempit dan dipenuhi toko-toko pakaian dan lainnya. Kemudian ke Egyptian spice bazaar, keluar dari sana, sholat di mesjid Yeni (Yeni Camii), ketika keluar dari mesjid, hawa yang sangat dingin menerpa, ternyata kami dekat sekali dengan laut (Bhosporus), cepat-cepat kami turun ke trem yang harus melalui terowongan bawah tanah, ternyata di sana juga banyak toko-toko, sepatu, baju, kerudung khas Turki yang licin dan halus. Kembali ke atas, langsung menemukan stasiun trem, kami berpisah dengan mereka dan melanjutkan ke hotel. Tapi ternyata kami terlewat stasiun di dekat daerah hotel kami, akhirnya kami berjalan-jalan sampai ujung Istanbul, yaitu Bagcilar, dan kemudian memutar kembali ke daerah Sultanahmet.  Oh iya, bila berada di Turki, harus mencoba Ice creamnya (yang penjualnya atraksi dan bermain-main dengan pembelinya ketika memberikan ice cream-nya), kemudian cobalah Borek, enaaak banget, banyak banget jenis borek, cicipi saja semuanya, atau beli masing-masing sepotong, ketika menemukan rasa yang paling enak, baru beli agak banyak, rasanya hampir mirip dengan martabak atau roti cane. 

Hari ke-4, 4 April 2011, Senin.

Setiap hari pukul 8 pagi kami pergi ke hotel bintang 4 yang berjarak 50 meter dari hotel kami, karena hotel itu tidak menyediakan sarapan pagi, tapi mereka memberikan sarapan di hotel bintang 4 itu. Tidak masalah, karena lokasi restaurant-nya yang berada lantai 4 mempunyai pemandangan yang sangat indah, yaitu ke arah selat Bosphorus, dan di balcony sebelah kirinya, kami dapat menikmati mesjid biru yang dihiasi oleh bangunan-bangunan tua bergaya eropa.  Biasanya setelah sarapan, sekitar pukul 9-10 pagi, kami kembali lagi ke hotel, anak dan suami saya tertidur lagi, karena udara yang dingin, dan saya merencanakan akan pergi kemana hari itu, naik apa, berapa biayanya dsb, walaupun saya telah merencanakannya dari rumah, tapi dipelajari lagi supaya lebih kenal medan. 

Pukul 10.30 pagi, masih terlihat pagi dan gloomy, kami berjalan menyusuri jalan kecil berbatu-baru persegi, yang hanya seluas 2-3 meter, sambil mendorong stroler bayi, yang lumayan berat karena jalan yang menanjak, di kiri kanan saya menikmati toko buah, restaurant yang mempunyai area outdoor yang dihiasi bunga-bunga cantik, kami tidak makan di tempat seperti itu, karena sepertinya mahal, tentu saja kami mengecek daftar harga yang dipajang di depan pintu masuk restaurant. Kami melewati topkapi palace dari pintu yang lain, melewati taman yang sangat indah, rumput hijau dan luas, pohon-pohon tinggi yang daunya belum tumbuh kembali, ranting-ranting kering menambah suasana gloomy, hari ini banyak sekali turis lokal. Kami masuk ke dalam museum yang penjagaannya sangat ketat, tapi biaya masuknya mahal yaitu 20 lira/orang, atau 40 riyal atau Rp.100.000,- sebenarnya tidak terlalu mahal, tapi kami entah mengapa, kurang suka mengunjungi museum. Tetapi lain kali mungkin akan masuk karena disana ada area khusus barang-barang peninggalan Nabi Muhammad SAW, seperti pedang, jubah, dan helai rambut. 
Akhirnya kami berjalan keluar, jalan menanjak ke arah Gulhane Park, terus menanjak dihiasi bunga-bunga berwarna biru dan kuning, hujan rintik-rintik menambah suasana romantis, kemudian ke Eminonu, yang berada agak jauh, sekitar 10 menit jalan kaki, karena kami ingin ke stasiun bis menuju Miniaturk. Eminonu adalah sebuah tempat dipinggir selat Bosphorus, daerah yang cukup luas, banyak penjual makanan, ada stasiun bis dan ferry port, disepanjang pinggiran selat, banyak kapal kayu yang dihiasi lampu-lampu dan cat warna-warni yang bergoyang-goyang diterpa ombak, ini adalah restaurant ikan bakar, namanya balik ekmek (balik=ikan, ekmek=sandwich), kami mencoba 1 sandwich seharga 4lira, suami saya menyukainya, saya? Kurang suka, rasanya seperti kurang masak, masih berbau amis dan ada rasa asam (vinegarnya). Dan saya mencoba lagi jualan kaki lima Osmanli Lokmacisi, seperti donat goreng di taburi air gula dan serbuk pistachio, enak tapi terlalu manis, harga 3 lira. 
Setelah menemukan stasiun bis, kami naik ke bis nomor  47Ç, bisa juga dengan bis nomor 47 E. Ternyata perjalanan cukup jauh, sekitar 30 menit, menyeberang ke arah golden horn. Harga tiket bis lumayan murah, dan tiket masuk ke Miniaturk adalah 10 lira. Perjalanan menuju ke Miniaturk cukup indah untuk dinikmati, terkadang jalanan menanjak dan cukup kecil, tapi bis dengan lincah bermanuver, dan terkadang jalan cukup luas dan lengang. Miniaturk adalah sebuah taman dengan bangunan-bangunan miniatur, replika dari bangunan-bangunan bersejarah di seluruh Turki, harus datang kesini karena kita dapat melihat semua landmark di Turki di 1 tempat. 
 Di setiap bangunan, ada speaker yang akan menjelaskan  sejarah  dan penjelasan tentang bangunan tersebut. Sangat dingin saat itu, 1,5jam  kemudian, kami menyudahi perjalanan di Miniaturk.  Ada hal yang menarik di toiletnya,  tempat duduk toiletnya dibungkus dengan plastik dan setelah selesai, akan tergulung dan diganti plastik yang baru, cukup higienis. Kami pulang ke hotel, dalam perjalanan kami makan malam di restaurant di daerah Sultanahmet. Setelah suami dan anak tidur, saya keluar sendirian, membawa kamera dan tripod, nightshoot blue Mosque dan Hagia Sophia. 

 Hari ke-5, 5 April 2011, Selasa.

Hari ini seharusnya adalah hari khusus untuk melihat bunga tulip yang bermekaran di taman yang sangat luas, Emirgan. Sayangnya ketika sampai disana, belum banyak yang mekar, hanya sedikit sekali, tapi lain kali, saya akan datang lagi, ketika musim semi. Dari Sultanahmet,naik tram T1 ke Kabatas,kemudian sambung naik bis no.22 (Kabatas -Istinye Dereici), atau 22RE(Kabatas-Fatih Sultan Mehmet) atau 25E ( Kabatas – Sariyer). Rute ini adalah sepanjang selat Bosphorus, bisa dibayangkan pemandangan yang indah, penuh dengan kapal-kapal cantik di sepanjang jalan. Kemudian turun di perhentian bis “Emirgan” yaitu setelah “Cinaralti”. Cukup jauh perjalanan, sekitar 1.5 jam. Kemudian menyeberang, berjalan naik keatas, terus sampai ke gerbang utama. Tidak banyak orang disana, kecewa karena tulip belum semuanya mekar, setelah puas foto-foto, pulang dengan menyusuri sepanjang jalan dipinggir selat Bosphorus, simply amazing! Kami pulang ke hotel, makan malam dan melihat-lihat bazaar di belakang blue mosque.  


Hari ke-6, 6 April 2011, Rabu.

Hari ini adalah Bosphorus tur, kami berangkat dari hotel pukul 10 pagi. Berangkat dari Eminonu, membeli tiket 25 lira/orang, ini adalah tur panjang sampai ke Anadolu Kavagi. Sepanjang perjalanan tentu saja saya sibuk memotret, bangunan-bangunan yang sangaaat cantik, saya merasa kembali ke jaman kerajaan, pengalaman yang harus dicoba kalau Anda di Istanbul. Kami sampai di Anadolu Kavagi pukul 1 siang, setelah berhenti di beberapa stops untuk menurunkan dan menaikkan pemumpang. Banyak sekali Cafe di daerah ini, semua orang naik ke atas, kami ikuti saja, ternyata ini adalah sebuah bukit, sangat melelahkan, tidak tahu berapa lama kami berjalan, kami sampai di sebuah cafe di atas bukit, kami membeli sedikit makanan dan minuman, harga makanan diatas ternyata lebih mahal. Suami tidak mau lagi  melanjutkan perjalanan ke atas, dan akhirnya saya sendirian berjalan puncak, suami bermain ayunan bersama Faris. Restaurant lagi! Dengan pemandangan yang menakjubkan, saya rasa harganya juga menakjubkan, ketika saya intip menunya, benar saja, 1 porsi makanan yang biasanya berkisar 10-20 lira, menjadi 50 lira. Meneruskan sampai kepuncak, ada Yoros Castle, tapi ditutup, tidak boleh masuk, kemudian pondok kecil yang punya peliharaan ayam Turkey. Cukup terkejut, hanya itu?? dari puncak dapat melihat pertemuan antara Bosphorus dan laut hitam, hanya saja, terlihat biasa saja karena cukup berkabut.
Kami berjalan turun, harus diingat, hati-hati mengambil foto, karena di sepanjang jalan ke bawah, tidak boleh mengambil foto karena ini adalah daerah militer, seorang tentara di puncak bukit membunyikan peluitnya dan meminta kami tidak mengambil foto. Kemudian kami solat dan makan siang di restaurant terdekat. Pukul 3 sore, kapal kembali ke Eminonu, tapi kami berhenti di Besiktas untuk mengunjungi Yildiz Park. Kecewa lagi, berjalan cukup jauh, tapi tetap tak ada tulip. Seandainya kami ke Rumeli Hisari saja, sebuah benteng tinggi yang pemandangan kearah Bosphorus dan jembatan penghubung 2 benua yang spektakuler. Harus pulang karena hari semakin dingin, walaupun baru pukul 5 sore. Menunggu bis yang agak lengang sangat susah, semuanya penuh, mungkin waktunya pulang kerja. 

Hari ke-7, 7 April 2011, Kamis.

Kami akan ke Prince's Island, Adalar, hari ini, packing semua barang, karena kami akan pindah hotel, di pulau pangeran. Di pulau ini, tidak ada mobil, hanya kuda dan kereta kuda, dan sepeda. Banyak rumah-rumah dan vila-vila orang kaya disana, hanya dikunjungi pada saat berlibur, keadaannya seperti kurang terurus karena memang rumah dan villa itu lebih sering kosong daripada ditempati. Kami ke Sultanahmet, naik tram keKabatas (1.5 lira, 15 menit perjalanan), kemudian menyeberang jalan, ada 2 perusahaan ferry besar, yaitu IDO (lebih mahal tapi cepat,7 lira), berangkat setiap 1.5 jam sekali dan Turyol, kapal lebih kecil, dan lebih lambat, tapi cukup nyaman, harga tiket adalah 3.5 lira. Kami naik yang lebih murah, karena mereka segera berangkat, pukul 12 siang. The best thing on the way to Adalar is the seagulls! Burung-burung camar ini berkelompok dan mengikuti kapal, karena penumpang memberi makan mereka.  Sampai di Adalar, Buyukada, mencari hotel kami, hotel Marine House Boutique Hotel, hotel bintang 3 ini ternyata sangat dekat dari ferry port. Hotel yang tergolong baru, harga permalam saat itu adalah 250 riyal atau sekitar Rp. 650.000. Hotel yang kami pilih di perjalanan Turki ini berkisar di harga itu, itu adalah harga yang paling murah, tapi kualitas terjamin, karena hotel-hotel di Eropa mempunyai standar yang ketat. 

Setelah istirahat, kami keluar pukul 4 sore, berjalan-jalan dipinggir laut, naik ke atas melihat-lihat rumah-rumah tak berpenghuni, ingin naik kereta kuda atau feyton, tapi tidak tahan baunya, dan perjalanan ke puncak ongkosnya sekitar Rp.300.000/orang, terlalu mahal. Sangat damai melihat jalanan kosong, rumah-rumah yang indah, hanya siulan burung yang terdengar, bukan deru mobil. Setelah 15 menit berjalan kami memutuskan kembali ke daerah yang ramai, untuk makan tentu saja. Disini kami membeli es krim, seharga 1 lira 1sekop (Rp. 5000) es krim terenak yang pernah saya cicipi, Kemudian makan pide keju seharga 1.5 lira,  pizza 2.5 lira, dan makanan kecil lainnya. Disana saya membeli oleh-oleh anting-anting perak berhiaskan batu alami, cukup murah, 1 anting-anting berkisar Rp. 25.000 atau 5 lira.  Menyesal tidak membeli anting-anting yang seharga 50 lira, dengan batu amethyst besar, design yang cantik. Sunset di pinggir laut, membuat saya tidak berhenti mengucapkan Subhanallah, apalagi bila duduk resto-resto outdoor yang cantik juga bersama orang yang kita cintai, sangat romantis.

Hari ke-8, 8 April 2011,Jum'at

Hari terakhir, kami harus sampai di Bandara Sabiha Gokcen pukul 12 siang. Harus naik kapal paling pagi dari Buyukada ke Kartal. Sarapan di kamar karena pukul 6 pagi sarapan belum dimulai di restaurant. Pukul 7.30 pagi kami ke port Buyukada, membeli tiket seharga 3.5lira/ orang. Ferry datang 10 menit kemudian, penumpang naik ke kapal dan pukul 7.45 pagi kami berangkat. Perjalanan sekitar 25 menit. Sampai di Kartal, kami menunggu bis ke Sabiha Gokcen, yaitu bis no. E9. Perhentian bis berada tepat di depan ferry port. Ternyata bis no.E9 jarang sekali lewat, kalaupun lewat, tidak mau berhenti karena penuh. Kami mulai panik, sudah 1 jam menunggu. Taksi ke Sabiha ongkosnya sekitar 40-50 lira. Ternyata banyak juga yang menunggu bis ke Sabiha, termasuk seorang pramugari Turkish airlines, dan katanya tenang saja, pasti ada bis. Dan kami pun menunggu lagi, benar saja, tak lama, bis pun datang. Perjalanan ke Airport sekitar 25 menit. Bersiap-siap pulang ke Saudi Arabia, sampai jumpa lagi negeri yang cantik, Turki....

Tips:
Hotel, restaurant & attraction  Review = www.tripadvisor.com

Tempat-tempat yang harus dikunjungi di Istanbul, Turki:
  1. Hagia Sophia
  2. Blue Mosque
  3. Rumeli Hisari
  4. Bospohrus tour
  5. Golden horn
  6. Jembatan Eurosia
  7. Egyptian Spice Bazaar
  8. Galata Tower
  9. Prince's Island
  10. Taksim Square
  11. Miniaturk
  12. Gulhane Park
  13. Topkapi Palace
  14. Yildiz Park
  15. Emirgan Park
  16. Yerebatan Sarayi
  17. Hippodrome
  18. Ciragan Sarayi

No comments:

Post a Comment